Mesir Kuno - FAKTA SOK TAU

Mesir Kuno

Mesir pada puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru (1450 SM)
arifuddinali.blogspot.com - Mesir merupakan salah satu tempat tersubur di Afrika, dan salah satu negara tersubur di Mediterania. Karena kesuburannya, Mesir menjadi salah satu tempat terawal yang dihuni oleh manusia, sekitar 40.000 tahun lalu. Pada awalnya tidak ada begitu banyak orang di Mesir, namun seiring waktu Mesir menjadi semakin padat, sehingga dibutuhkan suatu pemerintahan bersatu. Untuk sementara waktu sepertinya ada dua kerajaan, yang disebut Mesir Hulu (di selatan) dan Mesir Hilir (di utara). Sekitar 3000 SM, pada awal Zaman Perunggu, raja Mesir Hulu menaklukan raja Mesir Hilir dan menciptakan Mesir menjadi satu kerajaan, yang disebut Mesir. Pemimpin kerajaan ini kemudian disebut Firaun.

Sejak masa tersebut sampai sekita 525 SM, saat Mesir ditaklukan oleh Persia, sejarah Mesir dibagi menjadi enam periode. Pada Kerajaan Lama (2686-2160 SM), bangsa Mesir mulai membangun piramida sebagai makam bagi para firaun. Kemudian pada 2200 SM sepertinya ada perubahan iklim, dan Mesir terpecah menjadi banyak kerajaan kecil. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama (2160-2040 SM). Pada 2040 SM, para firaun berhasil menyatukan kembali Mesir untuk kemudian mendirikan Kerajaan Pertengahan (2040-1633 SM), namun para firaun Kerajaan Pertengahan tak sekuat para firaun Kerajaan Lama, dan mereka tidak lagi membangun piramida. Sekitar 1800 SM, para firaun Kerajaan Pertengahan kembali kehilangan kekuasaan. Ini disebut Periode Pertengahan Kedua (1786-1558 SM). Selama Periode Pertengahan Kedua, bangsa Hyksos dari utara menginvasi Mesir dan menguasai Mesir Hilir untuk sementara waktu. Bangsa Hyksos mempunyai kuda dan kereta perang, dan dengan cepat pasukan Mesir juga mencar ilmu cara memakai kuda dan kereta perang. Sekitar 1500 SM, para firaun Mesir dari Mesir Hulu berhasil mengusir bangsa Hyksos dan menyatukan kembali Mesir dalam satu negara yang disebut Kerajaan Baru (1558-1085 SM). Masa ini disebutkan dalam Alkitab dan Al Qur'an, yaitu perihal penindasan Bani Israel (bangsa Yahudi) oleh bangsa Mesir. Pada final Zaman Perunggu, terjadi krisis umum di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat. Bersama dengan hancurnya peradaban Mykenai dan Het, pemerintahan Mesir juga runtuh, berujung pada Periode Pertengahan Ketiga (1085-525 SM). Selama periode ini, para raja Afrika timur dari sebelah selatan Mesir, tepatnya dari Nubia, menguasai sebagian besar wilayah Mesir.

Setelah itu pada 525 SM, Kambyses, raja Persia, memimpin pasukan menuju Mesir dan menaklukannya. Ia menimbulkan Mesir adegan dari Kekaisaran Persia. Bangsa Mesir tidak suka diperintah oleh Persia, namun mereka tak cukup berpengaruh untuk melawan. Ketika Aleksander Agung menaklukan Kekaisaran Persia pada 332 SM, ia juga merebut Mesir pada tahun yang sama, dan para penerus Aleksander yang beretnis Yunani berkuasa di Mesir sehabis kematiannya pada 323 SM. Masa ini disebut pula periode Hellenistik. Pada masa ini, ratu Kelopatra, yang merupakan wanita Yunani dan Firaun Mesir, berkuasa. Setelah Kelopatra meninggal, Romawi menaklukan Mesir dan menjadikannya adegan dari Kekaisaran Romawi selama ratusan tahun (30 SM-700 SM). Akhirnya sekitar 660 SM, pasukan Umayyah yang menyerbu Mesir berhasil menaklukan wilayah ini dan menimbulkan Mesir adegan dari Kekhalifahan Islam, menggantikan kekuasaan Romawi di Mesir.
 
Pembagian periode dalam sejarah Mesir:
  • Zaman Batu
  • Kerajaan Lama (2686-2160 SM)
  • Periode Pertengahan Pertama (2160-2040 SM)
  • Kerajaan Pertengahan (2040-1633 SM)
  • Periode Pertengahan Kedua (1786-1558 SM)
  • Kerajaan Baru (1558-1085 SM)
  • Periode Pertengahan Ketiga (1085-525 SM)
  • Kekuasaan Persia (525-332 SM)
  • Kekuasaan Yunani (Hellenistik) (332-30 SM)
  • Kekuasaan Romawi (30 SM-700 M)
  • Kekuasaan Islam (700 M-sekarang)

Zaman Batu

Kegiatan agrikultur orang Mesir kuno
Sekitar 10000 SM, penduduk Mesir sudah amat banyak sehingga orang-orang terpaksa menghasilkan masakan mereka sendiri alih-alih berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa yang sama, orang-orang di Asia Barat juga mulai bercocok tanam. Kemungkinan orang sudah usang mengetahui cara bercocok tanam namun lebih suka pergi ke luar dan mencari masakan liar, lantaran lebih mudah. Akan tetapi saat jumlah penduduk sudah terlalu banyak, masakan liar mulai tidak mencukupi kebutuhan bagi semua orang, dan dengan demikian orang-orang harus mulai bercocok tanam. Proses ini disebut Revolusi Agrikultur.

Kerajaan Lama

Patung pualam Ankhesenpepi II dan putranya Pepi II
Setelah Mesir pertama kali disatukan sekitar tahun 3000 SM di bawah Firaun dari Mesir Hulu, para Firaun dengan cepat memperoleh kekuasaan yang besar atas rakyatnya. Ibukota Firaun yakni di Memphis.

Prasasti yang disebut Palet Narmer menunjukkan goresan yang kemungkinan menggambarkan Firaun Mesir Hulu yang sedang berdiri dan mengalahkan Firaun Mesir Hilir.

Karena Kerajaan Lama berlangsung pada masa yang amat lampau, tidak banyak yang diketahi mengenai periode ini. Tampaknya para Firaun Kerajaan Lama menjalankan irigasi sisteamtis pertama dari sungai Nil, yang memungkinkan lebih banyak orang untuk tinggal di Mesir tanpa mengalami kelaparan. Piramida dibangun pada periode ini sebagai makam besar bagi para Firaun. Kemungkinan piramida dibangun oleh orang-orang yang biasanya menjadi petani, menyerupai kebanyakan orang pada masa itu. Mereka mungkin membangun sedikit adegan piramida setiap tahun, selama sungai Nil meluap sehingga aktivitas bercocok tanam tidak sanggup dijalankan. Temuan arkeologis terkini menunjukkan bahwa para Firaun awal juga terlibat dalam kurban manusia. Pada masa yang sama, peradaban besar lainnya juga sedang muncul di Sumeria.

Firaun terakhir di Kerajaan Lama yakni Pepi II, yang gres berusia enam tahun saat dinobatkan sebagai Firaun. Ibunya, Ankhesenpepi II, barangkali yakni yang tolong-menolong memegang kekuasaan atas nama putranya. Ia kemungkinan telah terbiasa pada gagasan mengenai wanita yang berkuasa. Ibu Ankhesenpepi II, Nebet, menjadi wazir bagi kakek Pepy II, Pepi I. Ankhesenpepi II mungkin berkuasa sampai Pepi II tumbuh dewasa, atau sehabis ia meninggal. Setelah kematiannya, Pepi II secara berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, dan orang-irabf kaya lainnya di Mesir mulai mengendalikan wilayah mereka sendiri layaknya raja. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama.

Periode Pertengahan Pertama

Intef II, salah satu penguasa di Mesir pada Periode Pertengahan Pertama
Berakhirnya Kerajaan Lama, sekitar 2100 SM, sepertinya disebabkan oleh pemberontakan orang-orang dari kalangan yang kaya. Mereka merasa bahwa Firaun mempunyai kekuasaan yang terlalu besar. Secara berangsur-angsur Firaun menjadi semakin bergantung pada para pejabat pemerintahan, dan orang-orang ini pun merebut kekuasaan. Beberapa pengelolaan negara mulai terhenti. Piramida tak lagi dibangun. Sumber-sumber tertulis menggambarkan masa-masa anarki, para ningrat bekerja di ladang, anak membunuh orang tua, sesama saudara saling bertikai, dan makam-makam dihancurkan. Beberapa sejarawan beropini bahwa kekacauan ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim besar yang memicu kondisi kekeringan di Mesir.
 

Kerajaan Pertengahan

Patung Mentuhotep II, Firaun pertama di Kerajaan Pertengahan
Kerajaan Pertengahan berdiri sehabis serangkaian peperangan antara penguasa Mesir Hulu (Selatan) melawan Mesir Hilir (Utara). Penguasa Mesir Hulu menang, dan mereka menyatukan kembali negara ini sekitar 2000 SM, dengan ibukota pertamanya di Thebes di selatan, dan ibukota lainnya yakni sebuah kota gres di sebelah selatan memphis.

Para Firaun pada periode ini tidak mempunyai kekuasaan sebesar sebelumnya. Mereka lebih menampilkan diri sebagai penguasa yang memeprhatikan rakyatnya, alih-alih sebagai raja-dewa di Kerajaan Lama. Adalah para Nomark (pejabat lokal) yang mempunyai kekuasaan cukup besar pada masa ini.
Pada periode ini, para Firaun pertama kali mulai menguasai wilayah di luar Mesir, menyerupai Yerusalem, Yerikho dan Suriah. Selain itu banyak terjadi perdagangan antara Mesir dengan Byblos, bersahabat beirut modern

Periode Pertengahan Kedua

Patung Ahmose I, salah satu tokoh yang berperan dalam mengakhiri kekuasaan bangsa Hyksos atas Mesir
Sekitar 176 SM suatu bangsa yang disebut Hyksos menginvasi Mesir, mengakhiri Kerajaan Pertengahan dan memulai Periode Pertengahan Kedua. Bangsa Hyksos, yang tiba dari Asia Barat, merebut adegan timur dari Delta Nil (Mesir timur laut, adegan yang terdekat dengan Asia), dan menetapkan ibukota di Memphis.

Tidak diketahui siapa tolong-menolong bangsa Hyksos, namun mereka kemungkinan merupakan etnis Amori, yang menuturkan bahasa Semit (terkait dengan bahasa Ibrani dan Arab) dan tiba dari tempat di sekitar Suriah dan Israel, suatu tempat yang banyak melaksanakan perdagangan dengan bangsa Mesir selama Kerajaan Pertengahan.

Bangsa Hyksos berkuasa selama sekitar seratus tahun, namun kemudian para penguasa selatan dari Thebes lagi-lagi mulai menaklukan kembali tempat Mesir utara. Dalam perang pembebasan ini, kedua bersaudara Kahmose dan Ahmose memerangi bansga Hyksos dan bangsa Nubia, yaitu etnis Afrika yang tinggal di sebelah selatan Mesir. Pada hasilnya mereka berhasil dan menyatukan kembali seluruh Mesir di bawah Kerajaan Baru

Kerajaan Baru

Dengan reunifikasi Mesir oleh Ahmose (Kamose meninggal sebelum Mesir benar-benar bersatu) dan diusirnya bangsa Hyksos, Mesir memulai periode gres yang makmur di bawah dinasti ke-18. Pada masa ini banyak terjadi perdagangan dengan Asia Barat, dan pasukan Mesir bahkan menaklukan sebagian besar Israel dan Suriah, meskipun mereka terus-menerus berperang dengan Het dan Asyyria demi kendali atas tempat tersebut. Kuil-kuil besar dibangun di seluruh Mesir. Para ratu Mesir mempunyai kekuasaan yang besar pada masa ini, dan pada 1490 SM salah satu ratu yang berjulukan Hatshepsut menjadi Firaun. Pemerintahan Hatshepsut berlangsung usang dan damai. Ia menciptakan banyak janji perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Afrika, yang menciptakan Mesir semakin kaya
 
Patung Hatshepsut
Pada tahun 1363 SM ada seorang Firaun populer berjulukan Akhenaten, yang mendirikan ibukota gres di Amarna da sepertinya menyembah satu ilahi matahari baru, serta berbagi gaya seni baru. Istrinya berjulukan Nefertiti. Akhenaten tak mempunyai putra, dan penerusnya yakni menantunya Tutankhamon. Akan tetapi pada 1333 SM para Firaun kembali ke agama lama.

Patung Akhenaten

Patung Nefertiti

openg mumi Tutankhamon
Pada 1303 SM sebuah dinasti gres dari utara merebut kekuasaan, yaitu dinasti Mesir ke-19. Raja pertamanya, Firaun Ramesses, memindahkan ibukota kembali ke Memphis di utara. Pada masa pemerintahan dinasti ini, pendeta menjadi amat berkuasa. Peperangan dengan bangsa Het di Asia Barat terus berlanjut, namun perdagangan juga banyak terjadi. Ini yakni masa yang dalam Kitab Alkitab dan Al Qur'an disebutkan bahwa bangsa Yahudi (Bani Israil) diperbudak di Mesir

Patung Ramesses I, pendiri dinasti ke-19
Dinasti Firaun ke-20, sekitar 1200 SM, meneruskan kebijakan yang sama, dan semua Firaunnya disebut Ramesses. Banyak terjadi serangan terhadap Mesir, yang pertama dari Libya di arah barat dan kemudian dari Asia Barat, oleh suatu kelompok yang oleh bangsa Mesir disebut Bangsa Laut. Kekaisaran Het dimusnahkan, meskipun sekitar 1100 SM bangsa Mesir memerangi Bangsa Laut dalam suatu pertempuran bahari yang besar. Akan tetapi permasalahan di Asia Baat sepertinya menimbulkan keruntuhan ekonomi besar-besaran di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat dan tidak usang setelahnya Kerajaan Baru runtuh.
 

Periode Pertengahan Ketiga

Perpecahan politik di Mesir pada Periode Pertengahan Ketiga
Setelah meninggalnya Ramesses terakhir pada 1085 SM, Mesir terpecah. Tidak diketahui apa yang tolong-menolong terjadi tapi kemungkinan terjadi wabah kekeringan yang parah.

Peradaban Het dan Mykenai runtuh pada masa yang sama, dan banyak orang dari kedua tempat tersebut menginvasi Mesir, dimana mereka kemudian disebut Bangsa Laut, yang kemungkinan terdiri atas bangsa Filistin, Lykia, Akhaia, Troya, dll. Mesir berhasil menghalau serbuan Bangsa Laut, namun tidak usang setelahnya Mesir juga ikut runtuh.

Mesir kehilangan kendali atas Israel, Lebanon, Suriah, dan lagi-lagi dikuasai oleh aneka macam raja dari utara dan selatan. Selain itu Nubia berhasl merdeka kembali dari kekuasaan Mesir.

Wilayah Mesir utara menjadi lebih kaya daripada selatan, dan kota-kotanya berkembang pesat. Namun Mesir tetap menjadi lebih lemah daripada sebelumnya, sehingga Lybia bisa beberapa kali melaksanakan invasi dan menguasai Mesir utara untuk sementara waktu. Di selatan, di Thebes, para pendeta Amon terus memperoleh kekuasaan yang besar

Sekitar 715 SM, seorang raja Sudan (atau Kush) hitam dari sebelah selatan Mesir, yang berjulukan Piye atau Piankhi, menginvasi dan menaklukan sebagian besar wilayah Mesir. Ia mendirikan Dinasti Firaun ke-25.


Shabaka, penerus Piye
Dinasti tersebut tidak berlangsung lama, lantaran suatu bangsa gres dari Asia Barat, yaitu bangsa Assyria, menaklukan Mesir dalam serangkaian perang yang berakhir pada 664 SM. Mereka mengusir bangsa Sudan dari Mesir. Meskipun demikian, Assyria tidak benar-benar bisa memerintah wilayah yang begitu jauh dari ibukota mereka di Nineveh, sehingga tidak usang kemudian para raja Lybia menguasa Mesir dan mendirikan Dinasti ke-26, dengan pinjaman para tentara bayaran dari Yunani dan Lykia. Para raja ini disebut orang Sais, lantaran menetapkan ibukota di Sais, di utara Mesir.

Pada 609 SM Kekaisaran Assyria runtuh, dan para raja Sais berhasil menaklukan sejumlah wilayah di Israel dan Suriah. Akan tetapi pada 605 SM, Kekaisaran Babilonia di bawah seorang raja berjulukan Nebukhadnezzar mengalahkan Mesir dan merebut kembali Israel dan Suriah. Pada 525 SM, sebuah kekaisaran gres di Asia Barat, yaitu Kekaisaran Persia, menyerang dan menaklukan Mesir. Kali ini mereka sukses dalam memerintah Mesir.

Kambyses II, raja Persia, menangkap Psamtik III, Firaun terakhir dari Dinasti ke-26

Kekuasaan Persia

Nektabeno II atau Nakhthorheb, Firaun Mesir terakhir sebelum Mesir ditaklukan oleh Persia

Patung Aleksander Agung, raja Makedonia yang merebut Mesir dari kekuasaan Persia dan memasukan Mesir ke dalam kekuasaan Makedonia
Persia menguasai Mesir semenjak 525 SM, sehabis berhasil mengalahkan bangsa Libya. Akan tetapi, sehabis Persia mengalami kekalahan atas pasukan Yunani di Marathon pada 490 SM, bangsa Mesir memebrontak (pada 484 serta pada 460 SM) dengan pinjaman Athena, namun gagal.

Pada 404 SM Mesir berhasil merdeka, berkat melemahnya Persia. Mesir mendirikan Dinasti ke-28, yang dilanjutkan oleh Dinasti ke-29 dan 30. Dinasti ke-28 berlangsung pendek dan hanya terdiri atas satu Firaun. Pada Dinasti ke-29, Mesir menjalin komplotan dengan Sparta dan berhenti berhubungan dengan Athena, lantaran Athena amat melemah seusai Perang Peloponnesos melawan Sparta. Dalam janji ini, Sparta membantu Mesir melawan Persia, dan Mesir mengirim banyak gandum sebagai balasannya. Sayangnya, Persia menangkap kapal-kapal gandum Mesir dalam perjalanan menuju Sparta sehingga hal ini tak berjalan baik.

Para Firaun pada Dinasti ke-30 berupaya mempertahankan Mesir sebagai neagra merdeka. Mereka memerangi invasi-invasi Persia. Suatu ketika, Persia menyerang Mesir namun harus mundur kembali lantaran Sungai Nil sedang meluap. Seperti para Firaun lainnya, mereka menjalin komplotan dengan Sparta dan Athena serta kota-kota Yunani lainnya untuk sanggup menghalau Persia. Beberapa dari mereka bahkan berusaha mengembalikan Mesir ke masa kejayaannya menyerupai pada Kerajaan Baru dengan cara menyerbu Suriah.

Akan tetapi pada hasilnya Mesir tidak sanggup terus-menerus bertahan menghadapi serbuan Persia, dan Persia berhasil menaklukan Mesir kembali pada 341 SM, sehabis Mesir mengalami kermedekaan selama enam puluh tiga tahun. Pada 332 SM, Aleksander Agung menaklukan Mesir sebagai adegan dari usahanya menaklukan seluruh Kekaisaran Persia.

Kekuasaan Yunani

Patung Ptolemaios I Soter, pendiri Dinasti Ptolemaik di Mesir
Pada 332 SM Aleksander Agung dari Makedonia menaklukan Mesir dengan pasukan Yunani. Pada awalnya, bangsa Mesir menerka bahwa Aleksander akan membiarkan Mesir merdeka. Akan tetapi, Aleksander justru menimbulkan Mesir sebagian adegan dari kekaisarannya sendiri.

Setelah Aleksander meninggal pada 323 SM, kekaisarannya dibagi-bagi di antara para jenderalnya, dan salah satu jenderalnya yang berjulukan Ptolemaios memperoleh Mesir. Ptolemaios berkuasa di Mesir dan mendirikan Dinasti Ptolemaios atau Ptolemaik. Para Firaun Ptolemaios berhasil menaklukan kembali banyak wilayah di Israel dan Suriah. Mereka membawa serta bahasa dan kebudayaan Yunani ke Mesir, meskipun rakyat jelata di Mesir tetap menuturkan bahasa Mesir dan menyembah dewa-dewi Mesir.

Ptolemaios dan para keturuannya memerintah Mesir sampai Octavianus Augustus dari Romawi mengalahkan Firaun Mesir terakhir, yaitu Ratu Kleopatra, pada 30 SM. Sejak itu Mesir menjadi adegan dari Romawi.

Kekuasaan Romawi

Kleopatra dan Julius Caesar
Ketika Julius Caesar memperoleh kekuasaan di Romawi, sekitar 50 SM, para Firaun Ptolemaik, yaitu para raja Mesir dari etnis Yunani, amat sangat lemah dibanding Romawi.

Ketika Julius Caesar mengunjungi Mesir, ratu Mesir Ptolemaik, Kleopatra VII, meminta Caesar membantunya dalam perang saudara melawan saudara sekaligus suaminya yang masih remaja, Ptolemaios XIII.

Julius Caesar oke dan membantu Kleopatra berkuasa, tapi kemudian menempatkan pasukan Romawi di Mesir, serta membawa Kleopatra ke Roma sebagai kekasih. Ketika Julius Caesar dibunuh di Roma pada 44 SM, Kleopatra pulang ke Mesir bersama pemimpin Romawi lainnya, Marcus Antonius, yang kemudian menjadi kekasihnya juga. Kleopatra memerintah Mesir selama empat belas tahun, memperoleh empat anak dan memimpin negaranya dengan sukses sambil melaksanakan manuver-manuver politik terhadap Romawi supaya Mesir bisa tetap merdeka.

Akan tetapi, dalam perang saudara antara keponakan Julius Caesar, Augustus, melawan Marcus Antonius, pihak Mesir yang dipimpin Antonius dan Kleopatra mengalami kekalahan. Mereka bunuh diri (atau dibunuh) pada 30 SM, dan sehabis itu Mesir dikuasai penuh oleh Romawi.

Romawi menganggap Mesir amat berharga lantaran tempat tersebut amat subur dan menghasilkan begitu banyak materi pangan. Sejumlah banyak makanan, terutama gandum (untuk dibentuk menjadi roti), dikirim dari Mesir ke Roma sebagai pajak dalam kapal-kapal besar. Untuk memudahkan pengumpulan dan pengiriman pajak ini, Romawi mendirikan pemerintahan bergaya Romawi di Mesir, meskipun bahasa utama pemerintahan di Mesir tetap bahasa Yunni ali-alih bahasa Latin. Pada masa ini, rakyat jelata di Mesir juga memahami sejumlah perkataan Yunani.

Sekitar 300-400 M, sebagian besar orang Mesir mendapatkan agama Kristen. Ada petikaian mengenai jenis Kristen apa, entah Arian atau Katolik, yang dianggap benar di Mesir.

Setelah Roma ditaklukan oleh Ostrogoth pada 476 M, pengiriman gandum dari Mesir dialihkan ke ibukota gres Romawi di Konstantinopel, bersahabat Laut Hitam, di tempat yang kini menjadi Turki.
Romawi menguasai Mesir sampai sekitar 700 M, selama kira-kira 700 tahun, sampai bangsa Arab menyerbu dan menaklukan Mesir.


Kekuasaan Islam

Seiring bangkitnya agama baru, Islam, di Asia Barat, bangsa Arab mendirikan suatu negara berjulukan Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Suriah. Mereka dengan cepat menaklukan Mesir juga, sehingga, menyerupai halnya dulu Mesir dukuasai oleh Assyria, Persia, Yunani, dan Romawi, kini Mesir dikuasai oleh bangsa Arab Islam. Akibat penaklukan ini, secara berangsur-angsur, sebagian besar bangsa Mesir berpindah agama dri Kristen menjadi Islam, dan mereka juga mulai menuturkan bahasa Arab. Sementara orang Mesir Kristen disebut Koptik. Ibukota gres juga didirikan di Mesir utara, tepatnya di Kairo.

Peta penaklukan Muslim di Mesir

Untuk sementara waktu pada tahun 1000-1300, Mesir merdeka dari Kekhalifahan Islam yang berpusat di Asia Barat dan mendirikan dinasti tersendiri yang beraliran Syi'ah dan disebut Fatimiyah. Pada masa ini banyak terjadi kemajuan di Mesir.

Akan tetapi Mesir kemudian ditaklukan oleh dinasti Ayyubiyah yang Sunni, dan kemudian oleh Mamluk. Sekitar tahun 1500, Mesir dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, sampai hasilnya Mesir merdeka pada masa modern.


Salahudin Al Ayyubi, pendiri dinasti Ayyubiyah

---wiki ---
 
Open Comments

0 Comment

Posting Komentar

Berkomentarlah sesuai dengan isi konten , komentar yang keluar dari topik , mengandung unsur kekerasan akan di anggap spam dan akan di hapus oleh admin ...

ADVERTISING FOR ARTICLES

MIDDLE ADVERTISING ARTICLES V1

MIDDLE ADVERTISING ARTICLES V1

Iklan Bawah Artikel

Copyright © 2019 - 2020 FAKTA SOK TAU - All Rights Reserved Created With