Ini Bukan Film Hollywood, Pasukan Khusus AS Juga Bisa Gagal
INDONESIA MILITER - Pasukan Khusus AS sering dianggap pahlawan dan orang-orang bangga dengan keberhasilan mereka. Oleh karena itu hampir jarang bahkan muncul dengan informasi tentang kegagalan mereka.
Namun kali ini National Interest mengangkat sejumlah kegagalan memalukan dari Pasukan Khusus AS oleh kekuatan yang dianggap remeh. Maka dari itu kita semua tak boleh terlena oleh tipu daya film Holywood.
Langsung saja, berikut adalah 5 peristiwa tersebut:
1. Serangan di Makin Atoll
Pada bulan Agustus 1942, tak lama setelah mereka dibentuk, Batalion Raider II Marinir AS meluncurkan serangan pertama melawan Jepang di Pasifik Selatan, tepatnya di Makin Atoll.
Kapal selam AS mendaratkan sebanyak 222 personil militer yang telah dipilih serta dilatih secara khusus. Misi utama mereka adalah untuk menyerang dan menghancurkan instalasi militer Jepang serta menunjukkan kepada komando tertinggi Jepang bahwa mereka punya kelemahan.
Namun sayang pasukan raider berjumlah 222 personil tersebut kehilangan elemen kejutnya, bahkan tak mampu menyebabkan jatuhnya korban dipihak Jepang. Sang komandan, Evans Carlson, memutuskan bahwa perlawanan Jepang yang ada terlalu kuat untuk bisa mencapai tujuan utama mereka termasuk penghancuran radio.
Sialnya lagi adalah usaha pasukan raider tersebut untuk meninggalkan pulau Makin Atoll itu terhalang oleh lautan. Hanya sejumlah kecil pasukan raider tersebut yang mampu berenang menuju kapal selam yang sedang menunggu.
Keesokan harinya, Amerika mengetahui bahwa sebagian besar pasukan Jepang disana sudah mati. Marinir berhasil menghancurkan fasilitas Jepang yang tersisa, dan sebuah kapal selam datang untuk menjemput para korban selamat.
Sayangnya, sebuah kapal selam tidak berhasil. Secara keseluruhan, 30 personil dari Marinir yang melakukan operasi tersebut meninggal dan lebih banyak lagi yang terluka. Meskipun operasi tersebut berhasil namun sayang harus dibayar mahal oleh komandan pasukan AS di di Pasifik.
2. Korea Utara: Bukit 205
Pada bulan November 1950, pasukan khusus dari Batalion Ranger VIII AS telah ditugaskan untuk menyerang dan mempertahankan “Bukit 205” yang ada di dekat Sungai Chongchon.
Akan tetapi, tanpa diketahui oleh Amerika, ternyata pihak militer Korea Utara sebelumnya telah menyusun kekuatan besar, yang siap untuk melakukan serangan secara besar-besaran.
Penggunaan pasukan khusus sebagai ujung tombak serangan konvensional bukan hal baru, unit serupa telah secara teratur melakukan tugas semacam itu dalam Perang Dunia II. Tapi risiko pada pendekatan semacam itu sangat jelas, karena pasukan Ranger mengalami korban serius saat menyerang sebuah bukit dengan dijaga dengan pertahanan lebih kuat dari yang diperkirakan.
Situasi semakin memburuk saat terjadi serangan balik, pasukan infanteri serta artileri China membanjiri pertahanan Ranger pada malam 25 November, dalam enam serangan terpisah. Sebanyak 88 personil pasukan Rangers menyerang Bukit 205, tersisa 47 personil pasukan untuk mempertahankannya. Dan hanya 21 personil yang berhasil selamat dari bukit 205 itu.
3. Operasi Cakar Elang, Kabur dari Teheran
Setelah penangkapan duta besar Amerika Serikat di Teheran tahun 1979, puluhan diplomat disandera. Presiden AS Jimmy Carter memutuskan untuk tidak berperang dengan Iran, dan memutuskan untuk melakukan operasi khusus, sebab serangan udara diyakini belum tentu dapat memaksa Iran untuk menyerahkan sandera.
Militer merespon dengan mengajukan rencana penyelamatan sandera melalui udara. Tugas tersebut akan dilaksanakan oleh pasukan Ranger dan Delta Force. Penyerangan kompleks tersebut melibatkan pendaratan helikopter dekat kedutaan, melumpuhkan dan membunuh pasukan Iran yang menjaga, selanjutnya membawa para sandera sebelum militer Iran dapat bereaksi. Semua itu butuh perencanaan yang matang untuk menghindari terbunuhnya para sandera dan juga beberapa pasukan khusus.
Pada hari penyerbuan dilaksanakan, pasukan khusus tidak memiliki cukup helikopter untuk melakukan operasi penyelamatan sandera akibat terjadinya kecelakaan sesaat setelah lepas landas dari kapal induk.
Ditambah lagi sebuah kesalahan fatal yang dilakukan oleh pasukan intelijen yang mendarat jalan raya dan akhirnya bertabrakan dengan sebuah bus penumpang yang menewaskan satu personil.
Rencana penyelamatan sandera tersebut kemudian dibatalkan dan salah satu helikopter itu malah menabrak sebuah pesawat tanker C-130 saat akan mundur dan membunuh 8 pasukan yang ada di helikopter tersebut.
Kegagalan peristiwa itu merupakan salah satu penyebab Jimmy Carter kalah dalam pemilu presiden tahun 1980.
4. Grenada: Konflik Selama 3 Hari
Mengganti pemerintahan Grenada tampaknya adalah hal yang sangat mudah bagi militer A. Meski dikawal oleh militer Grenada dan Kuba, pemerintah Grenada hanya memiliki sedikit kemampuan nyata bila dibanding dengan kemampuan serangan militer AS. Dan memang, di periode konflik utama tersebut hanya berlangsung selama 3 hari pada tahun 1983.
Namun selama 3 hari tersebut, pasukan khusus Navy SEAL AS mengalami sejumlah masalah. Empat personil pasukan khusus tewas pada malam 23 Oktober. Sebuah serangan udara yang dilancarkan di penjara Richmond Hill, ternyata mendapat tembakan tak terduga dari baterai anti pesawat.
Setelah mengalami penundaan, helikopter Black Hawk akhirnya terbang di siang hari. Tapi sebuah usaha untuk merebut “barak kosong” pada tanggal 27 Oktober telah menyebabkan kecelakaan tiga unit helikopter Black Hawk dan menewaskan tiga personil Ranger.
Secara keseluruhan, dari 19 personil pasukan khusus yang di kerahkan, 13 orang dinyatakan tewas akibat melaksanakan invasi di Grenada tersebut. Sedangkan para komandan berkilah, melemparkan kesalahan kepada komunikasi dan pemahaman yang buruk oleh para petugas pasukan khusus yang dikerahkan.
5. Mogadishu: Apa Yang Kita Lakukan Disini?
Amerika Serikat memasuki perang sipil Somalia di bawah naungan misi kemanusiaan, yang dirancang untuk memulihkan persediaan makanan. Namun, nyatanya tujuan militer AS di sana malah diperluas. Semua itu tak membantu transisi yang ditinggalkan Presiden George W. Bush kepada Presiden Bill Clinton dan malah meninggalkan ketidakseimbangan politik.
Pada tanggal 3 Oktober 1993, dalam upaya untuk menangkap panglima perang Mohammed Farah Aidid, sekelompok tentara Rangers dan Delta Force AS mencoba serangan gabungan udara dan darat pada sasaran di Mogadishu Pusat. Kedua cabang pasukan khusus itu segera mengalami masalah, kendaraan pasukan darat kebingungan mencari jalan menuju targetnya, sementara salah satu helikopter jatuh setelah terkena tembakan dari granat peluncur roket.
Huru-hara yang terjadi berlangsung hampir sepanjang malam, dan mengakibatkan jatuhnya helikopter lain, menewaskan 19 pasukan khusus AS, sementara dari pihak Somalia sekitar 1000 orang yang terdiri dari militer dan sebagian warga sipil.
Sumber : Jakarta Greater
0 Comment
Posting Komentar