Buka KAA, Jokowi Soroti Ketidakadilan Global
arifuddinali.blogspot.com - Presiden Joko Widodo menyoroti ketidakadilan dan ketidakseimbangan global dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika di Jakarta Convention Center, daerah Senayan, pada Rabu 22 April 2015.
Jokowi menyebutkan bahwa negara-negara kaya yang jumlahnya penduduknya 20 persen dari populasi dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya di planet Bumi.
Ketika ratusan orang di pecahan dunia menikmati hidup super kaya, ujarnya, sementara 1,2 miliar orang di pecahan selatan tidak berdaya dan miskin dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari. "Maka ketidakadilan semakin kasat mata," kata Presiden Jokowi.
Ketidakseimbangan global terang kentara dikala sekelompok negara kaya merasa bisa mengubah dunia dengan menggunakan
kekuatannya. Jokowi menyampaikan negara-negara Asia Afrika wajib membangun tatanan ekonomi dunia gres yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru.
Menurut Jokowi, pandangan yang menyampaikan bahwa masalah ekonomi dunia hanya diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (Dana Moneter Internasional) dan ADB (Bank Pembangunan Asia) ialah pandangan lama yang perlu dibuang.
Jokowi beropini bahwa pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya pada ketiga forum keuangan internasional tersebut. Dia mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan sekelompok negara atas negara lain.
Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru, katanya, sedang bangun dan siap memainkan tugas global untuk kekuatan yang positif. Untuk itu Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan keinginan mulia itu. "Kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melaksanakan itu semua dengan membumikan semangat Bandung, katanya.
Jokowi juga mengajak semua bangsa untuk mengatasi bahaya kekerasan, pertikaian dan radikalisme. Dia dengan terus terang menyebut ISIS sebagai teladan bahaya kekerasan dan radikalisme. Selain itu ia menyerukan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan generasi muda bangsa.
Oleh kesudahannya Indonesia, ujar Jokowi, memprakarsai pertemuan informal negara-negara Konferensi Asia Afrika. Dia optimistis masa depan dunia berada pada negara-negara yang berada pada garis ekuator dan dua benua, yaitu Asia dan Afrika.
Pidato Presiden Jokowi yang membawa pesan berpengaruh untuk perbaikan terhadap ketidakadilan global itu menuai banyak tepukan penerima Konferensi Asia Afrika. Setelah menunjukkan pidato, Jokowi dan para kepala negara memasuki program coffe break. Selanjutnya konferensi dilanjutkan di ruang plenary session Jakarta Convention Centre.
Pada pukul 13.00 WIB, Presiden Jokowi mulai serangkaian pertemuan bilateral antara lain dengan Presiden Cina, Perdana Menteri Jepang, Raja Yordania, dan pimpinan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Sumber: tempo.co 22 April 2015
Jokowi menyebutkan bahwa negara-negara kaya yang jumlahnya penduduknya 20 persen dari populasi dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya di planet Bumi.
Ketika ratusan orang di pecahan dunia menikmati hidup super kaya, ujarnya, sementara 1,2 miliar orang di pecahan selatan tidak berdaya dan miskin dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari. "Maka ketidakadilan semakin kasat mata," kata Presiden Jokowi.
Ketidakseimbangan global terang kentara dikala sekelompok negara kaya merasa bisa mengubah dunia dengan menggunakan
kekuatannya. Jokowi menyampaikan negara-negara Asia Afrika wajib membangun tatanan ekonomi dunia gres yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru.
Menurut Jokowi, pandangan yang menyampaikan bahwa masalah ekonomi dunia hanya diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (Dana Moneter Internasional) dan ADB (Bank Pembangunan Asia) ialah pandangan lama yang perlu dibuang.
Jokowi beropini bahwa pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya pada ketiga forum keuangan internasional tersebut. Dia mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan sekelompok negara atas negara lain.
Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru, katanya, sedang bangun dan siap memainkan tugas global untuk kekuatan yang positif. Untuk itu Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan keinginan mulia itu. "Kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melaksanakan itu semua dengan membumikan semangat Bandung, katanya.
Jokowi juga mengajak semua bangsa untuk mengatasi bahaya kekerasan, pertikaian dan radikalisme. Dia dengan terus terang menyebut ISIS sebagai teladan bahaya kekerasan dan radikalisme. Selain itu ia menyerukan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan generasi muda bangsa.
Oleh kesudahannya Indonesia, ujar Jokowi, memprakarsai pertemuan informal negara-negara Konferensi Asia Afrika. Dia optimistis masa depan dunia berada pada negara-negara yang berada pada garis ekuator dan dua benua, yaitu Asia dan Afrika.
Pidato Presiden Jokowi yang membawa pesan berpengaruh untuk perbaikan terhadap ketidakadilan global itu menuai banyak tepukan penerima Konferensi Asia Afrika. Setelah menunjukkan pidato, Jokowi dan para kepala negara memasuki program coffe break. Selanjutnya konferensi dilanjutkan di ruang plenary session Jakarta Convention Centre.
Pada pukul 13.00 WIB, Presiden Jokowi mulai serangkaian pertemuan bilateral antara lain dengan Presiden Cina, Perdana Menteri Jepang, Raja Yordania, dan pimpinan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Sumber: tempo.co 22 April 2015
0 Comment
Posting Komentar